MAKALAH
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN AUD
II
“
PENGEMBANGAN
SOSIAL ANAK USIA DINI ”
“
MELALUI BERMAIN ”
OLEH
Reguler
Mandiri 2010
Dosen
Pembimbing : Drs. Rinaldi,
M.Psi
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
A.
Hakikat Bermain bagi AUD
Dunia anak adalah dunia bermain.
Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Pada dasarnya anak
senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan yaitu
bermain. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan
anak usia dini sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan
memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan
yang ada. Selain itu bermain juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak baik secara fisik, social emosional, intelektual maupun kreativitasnya.
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat
digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam
usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain
anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan
kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian
bermain :
- Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
- Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
- Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
- Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
- Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Sebagaimana usia kanak – kanak
merupakan fase golden age dimana di fase ini anak mengalami perkembangan yang
sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan
watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya. anak mulai belajar mengembangkan kemampuan
bahasa dan sosialnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang
sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya.
Seluruh potensi kecerdasan anak akan
berkembang optimal apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari
berbagai tindak kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira.
Oleh karena itu, kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui
cara-cara bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang
mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik.
Adapun Tahapan
Perkembangan Bermain menurut beberapa ahli
sebagai berikut:
a.
Jean Piaget
Tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1)
Permainan
Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum
3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini
hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau
mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan
disebut reproductive assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun
ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih
banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan
konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar
bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah
dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau
representasi benda lain. Misalnya sapu
sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain
simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan
pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan
kembali dalam kegiatan bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games
with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan
permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan
bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih
ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong
games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan
terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.
Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan
bahwa bermain yang tadinya dilakukan untuk keenangan lambat laun mempunyai
tujuan untuk hasil tertantu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang
baik.
b.
Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau
meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat
anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap
benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak
biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra
sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan
mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa
ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat
permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk
permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai
kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai
perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang
lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak
memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan
sistematik dengan hal-hal diluar bermain(seperti perkembangan kreativitas), dan
merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak
untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak
memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
B.
Fungsi Bermain dalam Perkembangan Sosial AUD
Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa menjadi bagian
dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalam suatu kelompok dengan komposisi
dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatan bermain anak dapat
mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam berinteraksi seperti
menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginan secara adaptif,
berkomunikasi, dan mematuhi aturan- aturan sosial. Selain itu,bermain dengan
orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak untuk menyesuaikan tindakan
mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dan kebutuhan orang lain,
mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi ’kekuasaan’, tempat,
dan ide dengan teman bermain (Creasy, Jarvis, & Berk,1998).
Bermain
dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai
hal yang tidak diperoleh anak di sekolah maupun di rumah. Sehingga akan
menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial
anak di sekolah maupun di rumah. Karena dengan bermain anak belajar untuk
bermasyarakat, beriteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam mebentuk
hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan acara mengahadapi serta memecahkan
masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Dalam bermain anak juga belajar
dalam mamahami standar moral, tentang nilai-nilai yang baik dan nilai yang
kurang baik (buruk), sehingga terjalin bentuk komunikasi karena dari hubungan
tersebut anak akan belajar bekerja sama murah hati, jujur, sportif, dan
disanangi banyak orang atau teman.
C.
Bentuk Permainan yang Mendorong Perkembangan Sosial AUD
Beberapa ahli psikologi anak seperti
Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan Freud, menyampaikan paling tidak ada
tiga bentuk kegiatan
bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau
sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
1.
Bermain
fungsional atau sensorimotor
dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan
fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika
anak-anak disediakan kesempatan untuk bergerak secara bebas berhubungan dengan
bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan,
dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung
setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara agar
mereka dapat bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin kesempatan
untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensorimotor.
2.
Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi,
imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk
perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun.
Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan
daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep
hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan spasial, afeksi, dan
keterampilan kognisi. Bermain peran memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke
masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Kualitas pengalaman main peran
tergantung pada beberapa faktor, antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain,
(2) ruang yang cukup, dan (3) adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam
adegan permainan. Menurut Erikson terdapat dua jenis bermain peran, yaitu
bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak
memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya
orang-orangan kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak
secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu
sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah
rumah tangga.
3.
Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bermain
untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah karya dengan menggunakan
beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan terstruktur, seperti air, cat,
krayon, playdough, pasir, puzzle, atau bahan alam lain. Bermain pembangunan
menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka
keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga
dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain
peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.
Dengan menyediakan beraneka jenis
mainan yang tepat bagi anak, peralatan, dan tempat yang memadai, serta memberi
kesempatan yang cukup kepada anak untuk bermain, misalnya anak mendapat
kesempatan memilih serangkaian kegiatan bermain setiap hari untuk terlibat
dalam bermain peran, bermain pembangunan, dan sensorimotor, hal itu berarti
memberi layanan pendidikan kepada anak TK secara optimal.
Ada beberapa dukungan penataan yang
dilakukan untuk mencapai mutu pengalaman bermain, yaitu dukungan penataan
lingkungan bermain, penataan pengalaman sebelum bermain, penataan pengalaman
bermain saat bermain, dan juga penataan pengalaman setelah bermain.
Penataan lingkungan bermain artinya
mengelola lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup, merencanakan
intensitas dan densitas pengalaman, memiliki berbagai bahan yang mendukung
jenis-jenis permainan, sensorimotor, pembangunan dan bermain peran, memiliki
berbagai bahan yang mendukung pengalaman untuk mendukung hubungan sosial yang
positif.
Penataan pengalaman sebelum bermain
merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru untuk memberi gagasan sebelum anak
melakukan kegiatan bermain. Penataan pengalaman saat bermain, meliputi
pemberian waktu kepada anak untuk mengelola dan memperluas pengalaman bermain,
mencontohkan komunikasi yang tepat, memperkuat dan memperluas bahasa anak,
meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui hubungan teman sebaya, mengamati
dan mendokumentasikan kemajuan bermain anak.
Sedangkan penataan pengalaman
setelah bermain dimaksudkan mengajak anak untuk mengingat kembali pengalaman
bermainnya dan saling menceritakan pengalaman bermain, serta mengemas permainan
agar tertata kembali.
Dengan pengelolaan sarana bermain,
kita dapat menciptakan situasi belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi
anak untuk melakukan berbagai kegiatan, membantu anak dalam pembentukan
perilaku dan pengembangan kemampuan. Selain itu, pengelolaan tersebut dapat
memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi atau
berinteraksi dengan lingkungannya, membiasakan anak berperilaku disiplin dan
bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta mengembangkan
kreativitas anak.
D.
Alat – alat Permainan yang Mendorong Perkembangan Sosial
AUD
1.
Puzzle yang dipakai adalah puzzle yang
sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah sampai
umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi pemain
untuk menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun
tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti bujur
sangkar, empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, dan segi
tiga.
2.
Building Block dapat dibuat dari kayu
ataupun plastik. Biasanya permainan ini membangun rumah, istana, ada jembatan
dan banyak pilihan bangunan lainnya. Pada prinsipnya permainan ini ialah
membangun atau mendirikan suatu bangunan.
3.
Alat
meronce yang berbentuk manik-manik besar dengan tali dan lubang yang cukup
besar.
4.
Berbagai
macam mozaik.
5.
Sudut
keluarga, toko-tokoan, permainan rumah sakit, polisi, kantor pos.
6.
Papan jungkit-jungkit
7.
Perosotan dengan tinggi sedang
8.
Ayunan yang dapat di atur
9.
Kendaraan yang dapat dikendarai seperti
roda tiga
10. Rumah
mainan berukuran anak
11. Boneka
12. Mesin
kasir dan mesin tulis mainan
13. Peralatan
dokter dan perawat
14. permainan
gambar
15. mainan
musik dan berirama
E.
Usaha Guru dalam Memanfaatkan Permainan untuk
mengembangkan Sosial AUD
Pemberian
aktivitas bermain dan stimulasi merupakan salah satu alat untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, usaha guru yang perlu dilakukan agar
tujuan dari stimulasi dengan alat permainan tercapai adalah :
1.
Guru harus sabar, perhatikan kemampuan
dan minat anak, janganlah menuntut anak diluar kemampuannya.
2.
Sebelum guru mengajak anak bermain
dengan menggunakan alat permainan, pelajarilah lebih dahulu cara dan tujuan
bermain dari alat tersebut.
3.
Jangan memaksa anak bermain, bila si
anak tidak ingin bermain. Demikian juga bila guru dalam keadaan tidak ingin
bermain.
4.
Hentikan kegiatan bermain sebelum anak
atau guru mulai bosan.
5.
Alat permaianan untuk anak tidak harus
selalu baru.
6.
Jangan memberikan alat permainan terlalu
banyak atau terlalu sedikit. Karena kalau terlalu banyak anak akan merasa
bingung, sedangkan kalau sedikit anak tidak mendapatkan kesempatan secara
optimal mengembangkan ketrampilannya.
7.
Bila anak perhatiannya terlalu tertuju kepada
alat permainan tertentu, janganlah guru terlalu khawatir,.usahakan tetap memperkenalkan
alat permainan yang lain, agar anak mendapatkan pengalaman yang lebih luas.
8.
Melalui bermain bersama, guru dan anak,
juga anak dan temannya akan saling mengenal satu sama lain dan makin mengenal
dirinya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar